Rabu, 16 Oktober 2013

Sekarang aku telah ada di lingkungan baruku.
Ternyata lingkungan dimana aku berada saat ini jauh berbeda dari yang aku bayangkan sebelumnya. Orangnya ramah-ramah, mudah bergaul, banyak canda, dan sangat sopan. Hari ku penuh dengan warna disini. Warna itu semakin jelas mewarnai jiwaku. Yang membuatku semakin giat untuk belajar. Belajar tentang mata kuliah, belajar tentang bagaimana berteman, belajar bagaimana mengendalikan perasaan dan belajar hidup diantara orang-orang yang mempunyai kekasih.
Dalam proses belajar, ternyata disini aku mempunyai sebuah tempat tersendiri yang begitu istimewa. Tempat dimana orang melepaskan emosinya, mencurahkan isi hatinya, dan becanda tawa. Tempat dimana orang yang menempati tempat tersebut dianggap sebagai sebuah keluarga. Ya, aku jauh dari keluarga tapi disini aku punya keluarga lagi. Punya keluarga bukan berarti berumah tangga. Keluarga Maris adalah sebutan keluarga kami. Keluarga Maris adalah tempat kami berkeluh kesah, Dalam keluarga Maris, aku belajar bagimana cara menghadapi orang. Orang yang sedang beramasalah ataupun orang yang tidak bermasalah. 
Beberapa hari disini aku merasakan rindu atas sebuah teman yang begitu dekat tapi bukan keluarga. Teman yang memberikan perhatian, teman yang menjadi alarm ku di setiap aku berada di zona terlarang. Semakin hari, semakin ditahan, semakin jelas dan nyata rasa itu muncul dalam hatiku. Namun, apakah jauh-jauh kesini hanya untuk menuruti rasa ini. Ingat, aku kesini untuk belajar. Tapi . . . ? Ya, merasakan rindu juga merupakan proses belajar untuk mencintai lawan aku. Yang perlu diingat adalah bukan menjadikan dia seorang kekasih, tetapi hanya seorang teman saja. Karena aku mengingat, hidup di negeri ini tidak selamanya, maka aku menghindari sesuatu yang membuat investasi dosa aku bertambah. Sehingga sampai saat ini pun aku hanya mengagumi seorang wanita itu. Seperti ceritaku sebelum kesini.
Waktu itu masa putih abu-abu. Aku naik kelas ke kelas XI. Kelas baru, berarti teman baru. Di kelas baru, aku melihat seorang cewek yang begitu sholehah. Waktu itu sebagai anak yang belum kenal sama anggota kelasnya, aku mengajak berkenalan dengan anak tersebut. Ternyata namanya Anni. Minngu pertama di kelas baru, aku duduk paling belakang. Minggu kedua baru aku mulai berani duduk di depan. Aku duduk di depan tidak sendiri, melainkan berdampinggan dengan Anni. Minggu kedua telah berlalu. Di minggu ketiga aku mulai mengobrol dengannya. Aku lontarkan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Anni penasaran. Salah satu pertanyaan yang aku ingat adalah, "ada sebuah pohon, pohon itu mempunyai daun, bunga, buah, ranting, batang, dan akar. Lalu ada hujan. Manakah dari objek tersebut yang kamu pilih?". Hal ini aku lakukan untuk mengetahui apa yang disukai oleh Anni. Datanglah minggu ke empat. Berlalulah minggu ke lima, enam, tujuh, delapan. Di minggu ke sembilan aku mempunyai perasaan yang ragu terhadap Anni. Ada warna baru yang mengisi ruas-ruas pikiranku. Dia adalah Dera. Teman sekelasku yang selalu duduk di bangku nomor dua dari belakang. Dia tak kalah cantiknya dari Anni. Saat itu aku merasakan dua warna yang mengisi ruang hatiku. Waktu semakin berlalu. Ternyata rasa ini semakin tumbuh dan aku rasa semakin dekat dengan Dera. Ku utarakan perasaanku ini terhadap Dera. Yang aku utarakan buakn untuk menjadi pacar, melainkan hanya mengutarakan isi hati saja. Sayangnya, Dera tak mempunyai rasa yang sama. Ah, masa lalu. Masa yang membuat geli jika diingat.
Dalam mengagumi seorang wanita, aku terkagum pada wanita berjilbab, sholehah, ramah, cantik, dan mempunyai senyum yang begitu manis. Mengagumi tidak berarti harus memiliki. Tapi apa salahnya jika aku mengenalnya. Ya waktu itu hari minggu, pertemuan pertama kaliku dengan wanita yang aku kagumi. Pertemuan yang singkat yang mungkin menambah dosa bagiku. Menatap matanya yang begitu mempesona.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar