A.
LatarBelakang
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
suatu proses sosial antara dua
orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha
menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.
Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
B.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian konflik ?
2.
Mengetahui
teori-teori ang mendasari konflik?
3.
Mengetahui
jenis-jenis konflik ?
4.
Mengetahui
faktor penyebab
konflik?
5.
Mengetahui
dampak yang
ditimbulkan konflik?
6.
Mengetahui
contoh konflik
C.
Pokok Bahasan
1.
Pengertian
konflik
2.
Teori-teori
ang mendasari konflik
3.
Jenis-jenis
konflik
4.
Faktor penyebab konflik
5.
Dampak yang ditimbulkan konflik
6.
Upaya
penanganan konflik
TINJAUAN TEORITIK
A. Definisi Konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut
Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada
berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara
dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson,
et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling
tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing
komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan
tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut
Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan
oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya
konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak
ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada
konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang
sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada
tingkatan individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi
(Muchlas, 1999). Konflik ini terutama pada tingkatan individual yang sangat
dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut
Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih
pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan
oleh perbedaan tujuan.
6. Konflik
dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang
sadar dan memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak
mempersepsikan adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif
(Robbins, 1993).
7. Konflik
merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok
dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249).
8. Konflik
dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
(Folger & Poole: 1984).
9. Konflik
senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin
dicapai, alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun
perilaku setiap pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185;
Stewart, 1993:341).
10. Interaksi
yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak
dapat disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda
(Devito, 1995:381)
B.
Teori Konflik
Teori-teori mengenai berbagai penyebab konflik :
1. Teori
Hubungan Masyarakat
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam suatu
masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
a.
Meningkatkan komunikasi
dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami konflik.
b.
Mengusahakan toleransi
dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.
2. Teori
Negosiasi Prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik.
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
a.
Membantu pihak-pihak
yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu,
dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan
kepentingan-kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.
b.
Melancarkan proses
pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
3. Teori
Kebutuhan Manusia
Berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan oleh kebutuhan dasar
manusia – fisik, mental, dan sosial – yang tidak terpenuhi atau dihalangi.
Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti
pembicaraan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
a.
Membantu pihak-pihak
yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan bersama
kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.
b.
Agar pihak-pihak yang
mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan dasar semua
pihak.
4. Teori
Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang terancam, yang sering
berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak
diselesaikan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
a.
Melalui fasilitas
lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik mereka
diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang mereka
rasakan masing-masing dan untuk membangun empati dan rekonsiliasi di antara
mereka.
b.
Meraih kesepakatan
bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.
5. Teori
Kesalahpahaman Antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam cara-cara
komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran yang ingin dicapai
teori ini adalah:
a.
Menambah pengetahuan
pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai budaya pihak lain.
b.
Mengurangi stereotip
negatif yang mereka miliki tentang pihak lain
c.
Meningkatkan keefektifan
komunikasi antarbudaya.
6. Teori
Transformasi Konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan
ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.
Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah:
a.
Mengubah berbagai
struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan,
termasuk kesenjangan ekonomi.
b.
Meningkatkan jalinan
hubungan dan sikap jangka panjang di antara pihak-pihak yang mengalami konflik.
c.
Mengembangkan berbagai
proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan , perdamaian,
pengampunan , rekonsiliasi dan pengakuan.
C. Jenis-Jenis Konflik
Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi
dapat dibedakan menjadi beberapa macam, salah satunya dari segi pihak yang
terlibat dalam konflik. Dari segi ini konflik dapat dibedakan sebagai berikut,
yaitu :
1.
Konflik Intrapersonal
Konflik
intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri. Konflik terjadi
bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan yang tidak mungkin
dipenuhi sekaligus.
Ada tiga macam
bentuk konflik intrapersonal yaitu :
a.
Konflik
pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama-sama menarik.
b. Konflik
pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua pilihan yang
sama menyulitkan.
c. Konflik
penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada satu hal yang
mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2. Konflik
Interpersonal
Konflik
Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena
pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi antara dua
orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain. Konflik
interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam perilaku
organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa peranan dari
beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan mempngaruhi proses
pencapaian tujuan organisasi tersebut.
3. Konflik
individu dengan individu
Konflik semacam
ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu pimpinan dari
berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan maupun antara
individu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
4. Konflik
individu dengan kelompok
Konflik semacam
ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan kelompok ataupun antara
individu karyawan dengan kelompok pimpinan.
5. Konflik
kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi
antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan, kelompok pimpinan dengan
kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai tingkatan maupun antara kelompok
karyawan dengan kelompok karyawan yang lain.
D.
Penyebab Konflik
Faktor penyebab konflik :
1. Perbedaan
individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial,
seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung
pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan
berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
2. Perbedaan
latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya
akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan
kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki perasaan, pendirian
maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk
tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan
nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan
itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu
terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami
proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab
nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian
secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang
berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja
dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan
bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal
perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai
tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian
waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri.
Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat
kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya
penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan
kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Asumsi
setiap orang memiliki kecenderungan tertentu dalam menangani konflik.
Terdapat 5 kecenderungan:
1. Penolakan:
konflik menyebabkan tidak nyaman
2. Kompetisi:
konflik memunculkan pemenang
3. Kompromi:
ada kompromi & negosiasi dalam konflik untuk meminimalisasi kerugian
4. Akomodasi:
ada pengorbanan tujuan pribadi untuk mempertahankan hubungan
5. Kolaborasi:
mementingkan dukungan & kesadaran pihak lain untuk bekerja bersama-sama.
E.
Akibat Konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai
berikut
1.
Meningkatkan
solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok
lain.
2.
Keretakan
hubungan antar kelompok yang bertikai.
3.
perubahan kepribadian
pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
4.
Kerusakan
harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
5.
Dominasi
bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para
pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat
memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi;
pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan
pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
1. Pengertian
yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari
jalan keluar yang terbaik.
2. Pengertian
yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.
3. Pengertian
yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang
memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
4. Tiada
pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari
konflik
F.
Upaya Penanganan Konflik
Berdasarkan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik
sosial, upaya penanganan konflik sosial meliputi :
1.
Pencegahan Konflik
Pencegahan konflik dilakukan dengan upaya:
a. memelihara kondisi damai dalam masyarakat
b. mengembangkan sistem penyelesaian perselisihan secara
damai
c. meredam potensi Konflik; dan
d. membangun sistem peringatan dini
2.
Penghentian Konflik
Penghentian Konflik dilakukan melalui:
a. penghentian kekerasan fisik
b. penetapan Status Keadaan Konflik
c. tindakan darurat penyelamatan dan pelindungan korban;
dan/atau
d. bantuan penggunaan dan pengerahan kekuatan TNI.
3.
Pemulihan Pascakonflik
Upaya Pemulihan Pascakonflik
sebagaimana dimaksud meliputi:
a.
Rekonsiliasi dapat dilakukan dengan Pranata Adat
dan/atau Pranata Sosial atau Satuan Tugas Penyelesaian Konflik Sosial. Pemerintah
dan Pemerintah Daerah melakukan rekonsiliasi antara para pihak dengan cara:
1) perundingan secara damai;
2) pemberian restitusi; dan/atau
3) pemaafan.
b. rehabilitasi Pemerintah
dan Pemerintah Daerah melaksanakan rehabilitasi di daerah pascakonflik dan
daerah terkena dampak Konflik. Rehabilitasi
meliputi :
1) pemulihan
psikologis korban Konflik dan pelindungan kelompok rentan
2) pemulihan kondisi sosial, ekonomi, budaya, keamanan,
dan ketertiban
3) perbaikan dan pengembangan lingkungan
dan/atau daerah perdamaian
4) penguatan relasi sosial yang adil untuk
kesejahteraan masyarakat
5) penguatan kebijakan publik yang mendorong
pembangunan lingkungan dan/atau daerah perdamaian berbasiskan hak masyarakat
6) pemulihan ekonomi dan hak keperdataan, serta
peningkatan pelayanan pemerintahan
7) pemenuhan kebutuhan dasar spesifik perempuan,
anak-anak, lanjut usia, dan kelompok orang yang berkebutuhan khusus
8) pemenuhan kebutuhan dan pelayanan kesehatan reproduksi
bagi kelompok perempuan
9) peningkatan pelayanan kesehatan anak-anak;
dan
10) pemfasilitasian serta mediasi pengembalian
dan pemulihan aset korban Konflik.
c.
Rekonstruksi, upaya rekonstruksi meliputi :
1)
pemulihan
dan peningkatan fungsi pelayanan publik di lingkungan dan/atau daerah
pascakonflik
2)
pemulihan
dan penyediaan akses pendidikan, kesehatan, dan mata pencaharian
3)
perbaikan
sarana dan prasarana umum daerah Konflik
4)
perbaikan
berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan,
termasuk kesenjangan ekonomi
5)
perbaikan
dan penyediaan fasilitas pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar spesifik
perempuan, anak-anak, lanjut usia, dan kelompok orang yang berkebutuhan khusus
6)
perbaikan
dan pemulihan tempat ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar